Rabu, 27 Januari 2021

 

Apa Kata Tentang Jerman

Episode 1

Ditulis oleh Herlina Dwi Kurnia (Guru SMK Negeri 2 Batam)

 

Perbedaan budaya merupakan hal yang lumrah bagi manusia. Untuk skala dalam negeri saja, di Indonesia memiliki lebih kurang 34 Propinsi yang mana masing-masing propinsi memiliki adat dan budaya yang berbeda. Dari 34 Propinsi terdapat beberapa Kota dan Kabupaten yang juga memiliki adat dan budaya yang berbeda pula. Namun kita dapat berbangga dengan Indonesia yang memiliki beraneka ragam adat dan budaya namun tetap berada dalam kesatuan Negara Republik Indonesia. Perbedaan ini adalah salah satu kekayaan yang kita miliki dan perlu kita syukuri.

Begitu mendapat kesempatan untuk belajar ke luar negeri, telah membuka pemikiran penulis untuk mempelajari dan menyaksikan secara langsung hal yang berbeda. Dimana selama ini hanya penulis tonton dan lihat melalui layar televisi dan media internet.

Perbedaan itu indah! Sepertinya ini yang memotivasi penulis untuk berbagi cerita dan pengalaman kepada pembaca.

Dalam episode 1 ini, penulis akan berbagi cerita tentang perkenalan awal di Jerman.

Saat melangkahkan kaki masuk ke daerah Jerman Selatan, tepatnya di Singen, penulis merasakan hal pertama yang berbeda saat berada di Batam, Indonesia. Yaitu udara yang sejuk. Udara disini jauh berbeda dengan di tanah air, saat itu sekitar 13̊ celcius. Menurut Kepala Sekolah Robert Gerwigschule Singen (RGS) Jerman, yang mengantarkan saya menuju ke penginapan, suhu ini normal di Jerman dan apabila memasuki musim dingin maka suhu akan terus menurun sampai minus. Padahal, saya sudah menggunakan pakaian pelapis dalam sebelum menggunakan pakaian luar dan jaket tebal, syal, sarung tangan, kupluk, serta menggunakan sepatu bot untuk menahan udara yang begitu dingin. Jerman merupakan negara yang memiliki 4 (empat) musim. Saat saya datang (akhir bulan September 2013) ternyata sedang musim gugur dan masuk ke musim dingin/salju. Hal yang indah dan menarik saat itu adalah warna daun di pepohonan yang berubah dari hijau menjadi kuning, oren, coklat, bahkan ada yang berubah menjadi merah. Mirip seperti rambut masyarakat di sini, ada yang kuning, oren, coklat, dan merah. Sungguh hal yang luar biasa bagi penulis. Apalagi saat melihat daun-daun yang berguguran dan mengering siap untuk menerima datangnya salju di musim dingin.

Setibanya di penginapan, ternyata penginapan untuk kos-kosan di Jerman ini sangat bagus sekali. Sebuah kamar yang dilengkapi dengan kamar mandi lengkap dengan pemanas air mandi, kursi tamu, televisi, meja kerja, dapur listrik lengkap dengan mesin pencuci piring, serta ruang untuk mencuci dan menjemur pakaian. Setiap rumah di Jerman dilengkapi dengan pemanas ruangan, sehingga dapat membuat kita merasa nyaman dan tidak kedinginan. Canggihnya lagi, tirai jendela terletak di luar jendela dan dapat dibuka tutup secara otomatis dengan memencet tombol buka dan tutup. Jendelanya juga canggih, dapat dibuka menyamping atau dibuka bagian atas saja. Memang kalau dari segi teknologi Jerman sangat maju.

Untuk sampah, masyarakat di sini sangat tertib dalam mengelompokkan sampah menjadi 3 tong sampah. Tong pertama untuk sampah organik, tong kedua untuk sampah kertas, tong ketiga untuk sampah plastik. Sehingga setiap rumah memiliki 3 tong sampah untuk jenis sampah yang berbeda-beda tersebut.

Khusus pendatang yang ingin tinggal dan bekerja di sini harus mengambil kelas kursus berbahasa Jerman untuk memudahkan adapatasi di lingkungan.

Saat makan siang di Jerman (penulis diberi kesempatan untuk makan siang di kantin sekolah RGS), makanan yang disajikan oleh kantin tentu saja hal yang baru bagi penulis. Sebagai salah satu contoh, memang sebelumnya penulis pernah merasakan spagheti, tapi mungkin kalau spagheti di Indonesia bumbu saosnya sudah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia yang dominan sangat suka dengan rasa yang pedas. Masyarakat Jerman tidak suka makanan pedas. Jadi hal berikutnya yang perlu penyesuaian adalah rasa makanan yang jelas berbeda. Namun ada satu makanan yang menjadi favorit penulis selama berada di Jerman yaitu Pommes alias kentang goreng. Hampir tiap hari di sekolah, penulis makan siang dengan Pommes. Karena selain mudah diterima lidah, rasanya juga enak dan biasanya penulis tambahkan saos kari, mayonais, dan sedikit taburan merica hitam agar terasa sedikit pedas. Kalau makan nasi di Jerman tidak menggunakan sendok melainkan menggunakan garpu. Sendok digunakan seperti untuk memakan sup.

Para siswa dan guru di sekolah, rata-rata membawa bekal makanan seperti Roti, Yoghurt, Apel, Pisang, Paprika, dan Kek. Saat jam pelajaran di dalam kelas tepatnya di atas meja siswa tertata dengan rapi selain buku pelajaran, juga terdapat sebotol besar air mineral/jus jeruk/jus apel untuk mereka minum saat pelajaran berlangsung. Sepertinya karena cuaca membuat mereka harus mengkonsumsi banyak air minum. Tidak hanya itu, siswa juga boleh memakan bekalnya selama proses belajar di kelas.

Di dalam kelas, rata-rata kelas masih menggunakan papan tulis dan kapur tulis putih/berwarna. Sedangkan untuk menghapus papan tulis mereka menggunakan spong yang dibasahi dengan air.

Buku tulis yang digunakan bukan buku tulis bergaris, tapi buku tulis kotak-kotak seperti pelajaran matematika. Buku tulis kotak-kotak ini berukuran A4 dan sudah dilobangi dibagian kiri sehingga mudah untuk disimpan dalam satu folder pelajaran. Rata-rata siswa menggabungkan bahan semua pelajaran ke dalam satu map folder. Lembaran kertas dari buku tulis kotak-kotak akan digabungkan ke dalam folder yang sama. Warna pulpen yang siswa gunakan juga warna warni, karena di sini lebih efektif dengan memberi tanda untuk kalimat-kalimat penting yang perlu dalam pembelajaran dengan menggunakan warna berbeda untuk kata-kata penting lalu juga menandai kata-kata penting dalam materi menggunakan warna stabilo yang berbeda.

Uniknya lagi, setiap wali kelas di awal tahun pelajaran akan memoto sendiri siswanya satu persatu saat proses belajar berlangsung untuk membuat daftar kelas. Saat akan  difoto, siswa duduk ditempat masing-masing sambil memegang potongan kertas berwarna yang tertulis nama siswa tersebut. Foto-foto tersebut akan diprint ke dalam selembar kertas dan akan dijadikan dokumentasi juga akan diberikan kepada setiap guru yang mengajar di kelas tersebut.

Siswa dan Guru ke sekolah menggunakan pakaian bebas. Siswa juga membawa handphone (Hp) ke sekolah, mungkin karena jarak rumah mereka yang jauh dari sekolah jadi membuat mereka harus membawa handphone (Hp). Tapi dengan catatan, mereka tidak boleh menggunakannya selama jam pelajaran berlangsung. Apabila ketahuan oleh guru saat itu, maka handphone (Hp) akan di sita sampai jam pelajaran terakhir. Setelah jam pelajaran terakhir, siswa dapat mengambil handphone (Hp) nya kembali.

Sekolah di sini tidak mengenal mata pelajaran Agama. Untuk menggantikannya, mata pelajaran yang diadakan di sekolah adalah mata pelajaran “Ethik”. Awalnya ada seorang Guru “Ethik” sangat bersemangat mengajak saya untuk ikut bergabung melihatnya mengajar di kelas “Ethik”. Saya pun menyetujui untuk ikut ke kelasnya. Setiba di kelas, siswa yang mengikuti pelajaran tersebut hanya sekitar 8 orang. Di dalam hati saya bertanya, kemana siswa yang lain. Guru tersebut membahas tentang bagaimana mengahadapi situasi sulit dalam kehidupan. Kelas pun berjalan aktif, hampir seluruh siswa memberi pendapat dan contoh. Kali ini, saya fikir pelajaran ini adalah pelajaran mengenai bagaimana menyikapi permasalahan dalam hidup. Kemudian, beberapa minggu setelah itu. ada seorang Guru lain yang juga mengajar “Ethik” dengan penuh semangat meminta saya untuk juga ikut bergabung melihat pelajaran di kelasnya. Sayapun menyetujuinya untuk ikut masuk di minggu berikutnya, karena jadwal saya di minggu ini sudah tersusun. Minggu berikutnya, setelah makan siang, kelas “Ethik” pun dimulai. Guru tersebut tampak bersemangat sekali mengajak saya untuk ikut ke kelasnya. Setiba di kelas, saya juga bingung. Siswa yang ikut pelajaran juga sedikit sekali, sekitar 11 orang saja. Pelajaran kali ini, sang Guru membagikan artikel filosofi dan membahasnya bersama siswa. Lalu beliau memutarkan kaset yang berisi dialog tentang kehidupan dan mendiskusikannya lagi bersama siswa. Diakhir pelajaran saya bertanya kepada sang Guru, “mengapa pelajaran ini hanya diikuti oleh sedikit siswa, kemana siswa yang lain, apakah ini bukan pelajaran wajib sehingga hanya siswa yang mau saja yang ikut dalam pelajaran ini?”. Sang Gurupun menjawab, “Kelas ini hanya diikuti oleh siswa yang sama seperti Saya yang tidak percaya akan Tuhan.” Wah, saya dapat pelajaran baru lagi. Ternyata, di Jerman selain umat beragama juga ada umat yang tidak percaya dengan Tuhan. Untuk umat beragama biasanya mereka mengambil pelajaran agama di tempat ibadah masing-masing. Khusus untuk yang tidak percaya dengan Tuhan, sekolah memfasilitasi kelas khusus untuk pelajaran ‘Ethik’ atau ‘Etika.’

Setelah itu, sang Guru bertanya kepada saya, “bagaimana pembelajaran di kelas tadi?”. Saya tetap menghargai beliau dan mengatakan, “Anda sangat semangat sekali dalam mengajar dan siswapun sangat antusias mendengar penjelasan Anda.” Sang Guru pun sangat senang.    

WC di Jerman hanya dilengkapi dengan tisu. Jadi saya memutuskan untuk selalu membawa tisu basah setiap kali akan menggunakan WC di sini. Untuk mencari toilet di Jerman cukup mudah karena di sini menggunakan kata WC untuk toilet. Tapi kalau kita ingin menggunakan toilet umum di sini tidak disediakan kotak WC atau penjaga toilet, kita cukup siapkan koin 50 cent Euro sampai 1 Euro untuk menggunakan WC dengan memasukkan ke dalam lubang koin di gagang pintu WC.

Orang Jerman sangat mengutamakan berjalan kaki menuju ke suatu tempat. Lebih banyak yang berjalan kaki dibandingkan dengan yang mengendarai sepeda, motor atau mobil. Siswa yang bersekolah di RGS tidak hanya berasal dari Singen, mereka juga berasal dari daerah luar Singen (masih di wilayah Jerman Selatan). Jadi mereka rata-rata pergi dan pulang sekolah menggunakan bus kota atau kereta. Bagi yang menggunakan bus kota, dapat menunggu di halte bus dekat dengan sekolah. Namun bagi siswa yang menggunakan kereta, mereka harus berjalan lebih kurang 2 kilometer dari stasiun ke sekolah dan 2 kilometer dari sekolah ke stasiun. Mereka sangat menikmati perjalanan dengan berjalan kaki.

Kendaraan di Jerman berjalan di lajur sebelah kanan dan sangat banyak simpang empat di Jerman. Pengemudi berada di sebelah kiri. Saat pejalan kaki akan menyeberang jalan, biasanya pengemudi mobil akan berhenti secara otomatis memberi kesempatan kepada pejalan kaki untuk menyeberang. Pengemudi mobil sangat menghargai pejalan kaki.

Saat akan masuk atau keluar dari suatu ruangan atau gedung, biasanya para lelaki yang saat itu berpas-pasan akan membantu menahan pintu agar terbuka saat wanita akan masuk atau keluar.

Orang Jerman sangat ramah. Bila berpas-pasan mereka akan mengucapkan ‘Hallo’, bila sudah kenal biasanya mereka akan mengucapkan salam ‘Guten Morgen (selamat pagi)’ ‘Guten Tag (selamat siang)’ ‘Guten Abend (selamat malam)’ lalu mereka biasanya akan menanyakan kabar kita dengan ramah. Saat kita bertanya sesuatu hal kepada mereka, biasanya mereka akan menghentikan sejenak pekerjaan mereka walaupun sedang makan mereka akan hentikan sejenak untuk menjawab pertanyaan kita dengan jelas. Orang Jerman akan berbicara dengan suara yang keras, jadi tidak usah khawatir, mereka bukan sedang marah tapi memang aksen berbahasa mereka begitu. Kata-kata yang dikeluarkan juga sangat jelas penyebutannya.

Tepat janji dan tepat waktu mungkin merupakan moto mereka. Bila berjanji jam 11.00 maka mereka sudah siap 10 menit sebelumnya yaitu jam 10.50.

Bila meminta sesuatu mereka akan lakukan dengan sopan dan mereka selalu berterima kasih.

Saat mendengarkan lawan bicara, mereka akan mendengarkan dengan seksama dan menghargai lawan bicara dengan tidak memotong pembicaraan.

Saat waktunya makan, sudah menjadi kebiasaan di sini untuk mengucapkan ‘Guten Appetit (selamat makan)’.

Saat akan berpisah, juga sudah menjadi kebiasaan di sini untuk saling mengucapkan ‘Auf Wiedesehen (selamat tinggal)’ atau sesama teman saling mengucapkan ‘Tschüss (bye)’.

Selain itu, di Jerman juga ada budaya mengundang makan ke rumah. Sudah menjadi kebiasaan di sini, bila diundang untuk makan, biasanya yang diundang menyiapkan bingkisan untuk yang mengundang. Atas masukan dari Pak Saiful Karim (teman Dosen di VEDC Malang) maka saya sudah menyiapkan beberapa bingkisan dari Indonesia untuk berjaga-jaga kalau diundang makan. Alhamdulillah, saran itu saya lakukan dan sangat bermanfaat setiba di Jerman.

Selain undangan untuk makan, di sini juga ada istilah ‘Undangan Makan Alakadarnya’. Biasanya tamu yang diundang untuk makan berasal dari beberapa negara yang berbeda. Kalau untuk jenis undangan ini, sebaiknya kita juga membawa bekal makanan. Karena tuan rumah akan memasak makanan alakadarnya, jadi kita ikut berperan untuk menambah makanan yang disediakan oleh tuan rumah. Sangat unik dan menarik karena selain makan, kita akan saling bertukar informasi.

Masyarakat di sini sepertinya sangat mencintai binatang peliharaan seperti anjing dan kucing. Biasanya mereka akan berjalan-jalan sambil membawa serta peliharaan mereka.

Menemukan masjid di sini sedikit sulit, karena di sini lebih banyak Gereja hampir di setiap titik. Tapi dengan bantuan pemilik penginapan saya diantar untuk melihat Masjid di sekitar Singen. Kalau ingin menuju ke Masjid Turki di Singen juga dapat menggunakan Bus dari Stasiun Kereta Singen (Hohentwiel).

Ada satu hal yang membuat wajah saya memerah. Tepatnya saat perayaan Hari Raya Idul Adha. Karena biasanya saat Idul Adha di Indonesia saya akan berangkat bersama keluarga menuju Masjid untuk melaksanakan sholat Id berjamaah dan mendengarkan Khotbah. Uniknya, di sini untuk sholat Id di Masjid hanya dihadiri oleh kaum pria saja. Setibanya saya bersama teman-teman yang sama-sama dari Indonesia akan masuk ke area Masjid, saya menanyakan kepada seorang pria yang tampak ramah menyapa. Hal yang saya tanyakan, “apakah benar di Masjid ini akan dilaksanakan sholat Idul Adha?”. Jawabnya. “Iya benar.” Saya dan teman-teman pun merasa lega. Kemudian saya memperhatikan di luar dan di dalam  Masjid, tidak ada seorangpun wanita selain saya di Masjid ini. Ada seorang pria menyapa saya dengan ramah, lalu mengantarkan saya untuk menuju ke dalam Masjid bagian dapur. Saya jadi bingung dan saya tanya “mengapa?”, jawabnya, “Sebaiknya anda di sini saja karena kalau di luar akan banyak lelaki yang akan melihat anda.” Saya pun duduk dan dijamu dengan berbagai macam kue khas Turki serta secangkir teh sambil berharap akan ada wanita yang datang. Sudah sekitar setengah jam saya menunggu, tapi kaum wanita tidak kunjung datang. Akhirnya saya memutuskan untuk menuju ke area Masjid lantai 2 dan mengambil posisi sholat. Awalnya saya sendiri di dalam ruangan itu, sambil berzikir dalam keadaan mata terpejam. Tiba-tiba saya mendengar suara para jamaah pria mulai masuk ke ruangan yang sama. Wah, betapa terkejutnya saya, dengan rasa malu saya hanya menundukkan kepala. Namun ada salah satu jamaah pria mempersilahkan saya dengan sopan  untuk mengambil tempat paling sudut kanan dan beliau membatasi wilayah saya dengan batasan shaf wanita. Alhasil, sholat Id pun dimulai. Sayalah jamaah wanita satu-satunya di Masjid tersebut. Setelah selesai sholat dan khotbah, para jamaah pria turun dan keluar satu per satu. Saya diam saja di tempat menunggu seluruh jamaah pria keluar. Setelah itu saya langsung menuju keluar dengan wajah tersipu malu. Setiba di luar, saya bertemu dengan siswa Turki yang bersekolah di RGS juga melaksanakan sholat di sini. Saya tanyakan kepada dia, “Kenapa tidak ada wanita yang ikut sholat Id di sini?” jawabnya,”memang budaya di sini seperti itu, hanya kaum pria saja yang sholat Id di Masjid sedangkan kaum wanitanya tinggal di rumah.” Saya bilang, “Saya sangat kaget tadi, kenapa saya sendiri jamaah wanita di sini”’ dia juga menjawab,”Kami juga kaget kenapa ada wanita di sini.”

Ya, begitulah, beda tempat beda pula budayanya.

Nah, untuk hari Minggu dan hari Libur Nasional di Jerman, semua toko akan tutup kecuali toko roti dan restauran. Jadi kita tidak dapat berbelanja di Jerman di saat-saat tersebut. Kalau berbelanja di toko, kantong plastik untuk memasukkan barang belanjaan tidak gratis. Kita harus membayar per kantong plastik yang akan kita gunakan sekitar 10 cent Euro. Jadi sebaiknya kalau sudah beli sekali kantong belanjaan jangan dibuang, dapat dibawa lagi saat berbelanja. Rata-rata orang Jerman membawa keranjang belanja sendiri dari rumah mereka. Kemudian, kalau membeli air mineral atau air jus botolan juga jangan dibuang botolnya setelah airnya habis. Perhatikan di botol, jika tertera logo dan tulisan ‘Pfandflasche’ seperti berikut ini:



sumber: https://www.google.com/search?q=Pfandflasche&safe=strict&rlz=1C1CHBF_enID913ID913&sxsrf=ALeKk02_KbvZ9yKr5wdpd9iPCyxGb3czdw:1611798624820&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=780evhGJChXr7M%252CfnU5QfDw6XRfsM%252C_&vet=1&usg=AI4_-kRlpXb8yRLWPQ4ozcUrAh_bT6IfJA&sa=X&ved=2ahUKEwjM_-zjwb3uAhWY6XMBHSwjCm0Q9QF6BAgKEAE#imgrc=780evhGJChXr7M

berarti ‘botol yang dapat dikembalikan’ maka botol tersebut dapat dikembalikan ke toko dan kemudian kita akan mendapatkan voucher belanja sebesar 25 cent Euro per botol. Dengan catatan voucher hanya berlaku di toko yang sama dimana tempat kita mengembalikan botol-botol tersebut.

Karena Pemerintah di Jerman sangat bekerja keras melengkapi transportasi umum untuk masyarakat Jerman, segala fasilitas di tempat-tempat umum lengkapi dan otomatis. Contohnya seperti sarana mesin untuk membeli tiket kereta secara otomatis. Sebelum menggunakan mesin sebaiknya kita teliti dan baca dulu jadwal keberangkatan kereta. Biasanya jadwal kereta tertera di dinding stasiun. Jadwal kereta juga dapat kita akses di website www.db.de atau www.bahn.com atau http://reiseauskunft.bahn.de  seperti gambar berikut:

   



Ini adalah website Deutsch Bahnhof/ kereta Jerman. Kita dapat mengoperasikan sendiri mesin tiket sesuai tujuan perjalanan, lalu kita dapat langsung membayar di mesin menggunakan uang pas atau bila berlebih maka akan keluar uang kembalian dari mesin. Setelah transaksi pembayaran berhasil maka tiket kita akan keluar dari mesin tiket. Lalu kita langsung menuju ke jalur kereta dan nomor kereta sesuai yang tertera di tiket. Bila kita tertinggal, maka kita boleh ikut kereta berikutnya ke tujuan yang sama tanpa harus ulang membeli tiket (tiket berlaku seharian). Untuk tujuan dengan jarak jauh, biasanya ada pergantian kereta. Kita perlu teliti dan cepat untuk menuju jalur perpindahan kereta dan biasanya dalam waktu yang singkat seperti 5 menit atau 10 menit untuk keberangkatan kereta selanjutnya.  

Untuk siswa, biasanya mereka mempunyai kartu langganan kereta per bulan. Jadi mereka membeli sekali untuk sebulan.

Kalau menggunakan bus kota di sini, kita harus membayar langsung kepada supir saat naik ke dalam bus. Setelah membayar, tiket akan keluar dari mesin tiket. Biasanya masyarakat di sini membeli paket tiket bus bulanan, jadi kalau sudah memiliki paket tiket tersebut, penumpang cukup hanya memperlihatkan paket tiket kepada supir lalu dapat langsung duduk di dalam bus.

Pengemudi bus dan kendaraan besar di sini juga banyak yang wanita. Mungkin karena mandirinya mereka sehingga mereka mampu menyetir kendaraan-kendaraan besar seperti itu.

Untuk masyarakat yang menggunakan kursi roda juga mendapat perhatian khusus dari Pemerintah dengan disediakan fasilitas-fasilitas khusus untuk pengguna kursi roda seperti toilet khusus untuk mereka.

Karena tertibnya masyarakat di sini, tidak diperlukan lagi tukang parkir. Masyarakat yang menggunakan kendaraan seperti mobil dapat memarkirkan mobilnya di tempat khusus parkir mobil lalu menuju ke mesin parkir, membayar parkir lewat mesin dan mengambil tiket parkir tanpa ada yang mengawasi.

Contoh mesin parkir otomatis



http://www.google.com/search?q=mesin+parkir+otomatis&client

 

(bersambung)

Minggu, 31 Mei 2020

Anggrek Bulan Berbunga

Jam, 10.05 malam di Batam

Dear Blogy...

Semalam karena mencoba mengedit lagu dan video Cover Lagu Setangkai Anggrek Bulan saya tak sempat mampir di blog ini.

Kalau udah ngutak ngatik kadang suka bahagia sendiri.. ahha..

Sambil mencari ilham menulis naskah buku, hiburannya ya nyanyi sendiri...

Kali ini adalah kolaborasi saya dengan Ibu Lia Afriza, Dosen tercinta.

Beliau sangat suka dengan Anggrek. Di rumahnya pun banyak ditanami Anggrek.

Karena melihat beberapa postingan foto Anggrek di FB Beliau, tercetuslah ide untuk kolaborasi virtual.

Saya menyiapkan lagu dan vokalnya, Ibu Lia mengirim foto-foto Anggreknya.

Beliau setuju dan senang sekali.

Untuk musik awalnya saya minta bantuan ke adek untuk mengaransemen (seperti Cover Lagu Air Mata Syawal lalu di aransemen oleh adek bungsu di Jogja).

Namun karena saat ini adek tengah sibuk menggarap albumnya (pemusik ceritanya yang sempat ikut tur ke Kanada 2019 lalu), maka akhirnya saya download aja di YouTube. 

Sambil menunggu kiriman foto dari Ibu Lia, saya mulai ambil posisi untuk rekaman sendiri pakai HP di kamar belakang (ceritanya studio darurat... ahha..)

Lagu sudah jadi, karena baru 2 foto dari Bu Lia, sambil edit jadilah 1 video di upload 
https://youtu.be/Vd-obglFfEs

Malamnya Bu Lia kirim lagi beberapa foto indah sang Anggrek (karena jadwal Beliau padat, belum sempat mengirim foto yang udah disiapkan disiangnya)

Karena sudah terlanjur upload video yang pertama dan sudah ada yang menonton, akhirnya saya upload kembali video versi02 yang lebih berbunga-bunga
https://youtu.be/coufnQXUf6U

Beberapa video yang sudah di upload bertujuan untuk dokumentasi dan hiburan aja. Mencoba untuk mencurahkan hobby menyanyi sejak usia 5 tahun sering tampil ikut  Bapak ngeband  di perusahaannya.

Kalau ada dokumentasi seperti ini jadi senang mengulang lihat hasil karya di waktu senggang.

Insya Allah akan ada video-video berikutnya untuk menghibur diri.

Terima kasih banyak yang sudah menonton dan memberi apresiasi.

Sampai besok ya Blogy

Salam Kreatif
Herlina Dwi Kurnia
Guru yang belajar nulis di blog

Jumat, 29 Mei 2020

Terong Kemangi Imajinasi

Batam, 29 Mei 2020

Pukul 11 malam lewat
Dear Blogy...

Ketemu lagi kita, hari ini nulis dua kali ya di blog ini. Ya, sambil belajar nulis terus selagi bisa (ahha)

Sambil mendengar salawat Nabi dan berkonsultasi dengan teman penulis, saya mau menceritakan menu masakan hari ini yang sedikit darurat karena belum sempat belanja ke pasar dan belum sempat goshop juga.

Lewatlah Mamang sayur,, yang tinggal hanya Terong, Tempe dan Kemangi. Syukurlah saya dan suami bisa makan apa aja dan menu kreasi apa aja.

Jadilah Terong Kemangi Imajinasi.. resepnya:
1 buah Terong di potong kecil-kecil
Pete (opsional)
1 ikat Kemangi (rendam dengan air garam biar kumannya hilang)
beberapa potong daging Ikan Asin Kurau (direndam dulu ya)
2 siung Bawang Merah diiris
2 siung Bawang Putih diiris
7 biji Cabe Rawit di rajang
1 buah tomat merah
2 sendok makan Minyak Kelapa
1 sendok makan Saos Tiram
1 sendok teh garam
1/2 sendok teh penyedap rasa
200ml air matang

caranya:
Panaskan Minyak Kelapa
Tumis Ikan Asin Kurau, Terong, Pete (goreng sebentar) angkat
lalu tumis Bawang merah, putih, Cabe Rawit, sampai baunya enak
masukkan Saos Tiram lalu masukkan Terong-Ikan Asin-Pete aduk rata
Lanjut masukkan air matang dan terakhir masukkan Kemangi
menjelang masak, masukkan garam dan penyedap rasa.
Rasa kalau udah enak langsung hidangkan ya



Pakai Tempe Goreng Tepung, Telur Dadar dan Sambal Kurma

Lumayan lah ya...
Selamat mencoba

Sampai nanti Blogy
Herlina Dwi Kurnia
Guru yang belajar nulis di blog

Kamis, 28 Mei 2020

Nasi Goreng Centong

Batam, 29 Mei 2020
11.00 pagi

Dear Blogy...
Sambil mendengarkan lagu Muridku dan Rekan Guru yang merupakan Cover yang saya buat Ramadhan 1440 H saat Belajar Dari Rumah karena pandemi Covid-19.

Pagi ini saya memasak nasi goreng. Tak seperti biasanya, kali ini memakai centong sayur. Awalnya bingung mau masak apa untuk sarapan,, biar agak sedikit berat aja,, akhirnya tercetuslah membuat nasi goreng. Nasi Goreng Ikan Asin plus pete dikasi telur orak arik.

Sambil menyiapkan bumbu, memanaskan kuali dan mencurahkan minyak goreng... uups kebanyakan. Untuk mengurangi, saya pakai centong lalu memindahkannya ke wadah lain sebagian. Karena sudah terlanjur, lanjut aja menumis dan menggoreng nasi pakai centong.
Rasanya jadi enak lho,, padahal hanya pakai irisan bawang merah, bawang putih, cabe rawit, irisan wortel. (merasa bahagia karena dulu waktu sekolah ga pandai buat nasi goreng, selalu tergenang minyak goreng) Xixixi Sampai nanti ya Blogy

Salam Kreatif
Herlina Dwi Kurnia
Guru yang belajar nulis di blog

New Normal

Batam, 28 Mei 2020

Dear Blogy...
Seharian ini saya betah di depan laptop. Dengan rangkaian pekerjaan yang ga putus-putus... dan masih banyak lagi...

Sampai-sampai sang Suami pun bilang, "betah banget ya lama-lama di depan laptop dari pagi tadi, kalau Abang pasti udah mau pecah kepala rasanya."

Xixixi,, ya begitulah saya kalau sudah di depan laptop kadang rasanya udah kenyang aja dan betah, karena banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan.

Selagi belum berasa mau muntah dan ngantuk, inshaa Allah lanjut sampai waktu mata ini beberapa what..

Saat makan malam sambil melihat berita di TV, sekejap lagi kita akan masuk pada masa New Normal.

Sambil membayangkan nanti kalau sudah masuk sekolah tetap menggunakan masker, jaga jarak, harus rajin cuci tangan, ga boleh salaman cipika cipiki. Normal yang aneh seperti di planet mana gitu ya..

Sama seperti waktu pergi belanja beli beras di TOP 100, saat mengantri panjang di kasir. Saya baru sadar kalau di sekeliling semua orang memakai masker. Benar-benar ga pernah membayangkan masuk di fase ini.

Nanti anak-anak PKL gimana ya? gimana hotel..gimana restoran.. gimana travel.. gimana butik.. gimana kantor...

Sedih rasanya, gimana nasib anak-anak di fase New Normal nanti.

Mana mereka kurang sentuhan langsung tatap muka selama pandemi Covid-19 ini. Hanya tatap muka Virtual saja. Rasanya kurang puas kalau ga bisa menegur secara langsung kalau mereka salah atau kurang sopan.

Ya Allah,, seperti apa New Normal nanti....semoga kita semua bisa menjalani dengan ikhlas...

Ok,, lanjut kerja lagi aaahh... sampai mata dan tubuh kasi kode menuju ke peraduan dan alam mimpi...

Sampai besok ya Blogy...

Salam Kreatif
Herlina Dwi Kurnia
Guru yang belajar nulis blog

Rabu, 27 Mei 2020

SKS (Sistim Kebut Semalam)

Batam, 27 Mei 2020
Dear Blogy..
Hari ini saya masih merasa tubuh ini butuh istirahat. Tak biasanya tertidur di siang hari kalau tubuh ini lagi fit. Tapi sudah 2 hari tubuh ini meminta saya untuk mengistirahatkannya di siang hari. 

Setelah memasak sarapan Mi Sagu Goreng, saya melihat pisang yang sudah kematangan dan belum sempat di makan. Akhirnya saya membuka aplikasi Cookpad untuk melihat resep Bolu Pisang Panggang. Hasilnya lumayan memuaskan dan lembuuut... Alhamdulillah sang Suami juga senang dengan tekstur dan rasanya. 

Hari ini ada jadwal kelas PBM Daring, Link Daftar Hadir dan Tugas sudah saya siapkan untuk di bagikan ke Google Classroom. Seperti biasa, saya akan menginformasikan terlebih dahulu menyapa para siswa di Chat WA. Sambil membimbing siswa yang bertanya.

Kali ini ga pakai Zoom dulu, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.

Siang hari saya berencana untuk membuat Outline dari buku yang akan saya susun. Sambil melihat referensi di gawai, saya menulisnya di buku catatan. Tanpa disadari, matapun terpejam terbawa ke peraduan sampai petang hari.

Setelah membaca beberapa lembar buku Om Jay, saya sempat termotivasi kembali untuk menulis. Namun, tubuh ini masih terasa pegal semacam mau rubuh. Tubuh rasanya butuh pijatan dan terapi totok punggung yang biasanya saya lakukan setiap bulan. Tapi semenjak pandemi Covid-19 beberapa bulan ini, saya belum memulai terapi kembali. 

Rindu rasanya tubuh ini dipijat dan punggung ini di totok (sambil membayangkan betapa nikmatnyaaa....)

Sebenarnya masih banyak PR yang harus dikerjakan. Mulai dari Laporan PBM Daring, penilaian, menyusun kisi-kisi soal ujian, menulis dan lainnya...

Satu hal dan kadang ini dapat memicu otak lebih cepat untuk berfikir dan bertindak.. SKS atau Sistim Kebut Semalam. Ini menjadi senjata andalan, tapi sudah pasti hasilnya kurang maksimal karena waktu pengecekannya sangat sempit. 

Kebiasaan SKS ini sebaiknya dikurangi, agar kita dapat lebih teliti. Namun terkadang itu menyenangkan (haha)

Sambil mengecek Tugas Kelas dan men-Chat WA siswa, tubuh meminta kembali untuk rebahan. 

Aduhai.. semoga cepat fit kembali ya... Masih banyak PR yang harus diselesaikan
Semoga Allah beri kekuatan dan kemudahan dalam segala urusan dunia ini dan inshaa Allah dapat menjadi bekal nanti di akhirat, Aamiin

Sampai besok ya Blogy ku sayang

Salam Kreatif
Herlina Dwi Kurnia
Guru yang belajar nulis di Blog

Selasa, 26 Mei 2020

Tengah Malam Awal Pagi

Dear Blogy (sapaan untuk blog ini)
Batam, 27 Mei 2020

Pukul 00.08 saat saya menulis di blog ini.
Setelah membaca buku Om Jay tentang "Menulislah Setiap hari dan Buktikan Apa yang Terjadi," membuat saya ingin menulis. Tapi tak tau mau menulis apa. Om Jay bilang, teruslah menulis. Menulis untuk menceritakan kembali apa yang kita baca pun tak mengapa.

Saya punya 3 blog, semua dibuat karena kepengen buat aja. Tapi belum berpenghuni. Rencananya mulai malam ini niatnya mau mulai rajin menulis dan membaca. Diawali berbagi pengalaman di blog yang satunya, lalu menulis catatan harian di blog ini dan blog satunya lagi untuk rancangan menulis buku.

Dulu waktu masih duduk di SMK dan di bangku kuliah, saya sangat senang menulis di buku diary. Sebab, saya jauh merantau untuk mengenyam pendidikan. Saat itu diary adalah teman terbaik untuk meluapkan seluruh isi pikiran dan perasaan. Terkadang sampai air matapun jatuh berlinangan.

Semua hal ditulis di dalam diary. Buku kenangan itu masih ada sampai sekarang di dalam lemari saya yang usang. Kadang ada rasa rindu untuk membukanya kembali dan mengingat masa-masa menulis kisah di diary.

Sambil menulis, saya berkonsultasi dengan teman mengenai buku pengayaan yang akan saya tulis dalam sebulan ini. Kebetulan teman saya juga belum tidur. Sambil berfikir dan menulis semoga ide kreatif itu muncul dan bersemi.

Hujan deras, petir bergemuruh tak membuat mata ini ngantuk. Semacam ada rasa mau menulis tapi mau menulis apa ya?.

Suamipun ikut belum tidur, sambil menemani katanya pengen makan mi rebus.

Semoga ide kreatif terus keluar dan mengalir seperti yang dibilang Om Jay. Sambil mencium aroma mi rebus dini hari ditemani deraian hujan yang semakin syahdu.

Sedikit demi sedikit sepertinya alam mimpi memanggil dan bau mi rebus sedikit menggoda. Tapi.. ya sudahlah... Inshaa Allah sampai ketemu besok ya

Salam Kreatif
Herlina Dwi Kurnia
Guru yang belajar nulis di blog